Senin, 24 Desember 2007

Manajerial Versus Entrepreneurial

Manajerial Versus Entrepreneurial

Oleh David Stanly Saada

SEBUAH pernyataan menarik dari Michael Hammer guru besar di MIT bahwa era saat ini adalah akhir dari sebuah manajemen. Ketika perilaku kewirausahaan yang lebih banyak dibutuhkan dalam menjawab Era globalisasi. Kecepatan, kreatifitas dan inovasi adalah faktor-faktor utama yang menandai perubahaan di era global ini. Kenyataannya memang sedikit orang yang mengerti mengenai perbedaan pokok antara Perilaku Managerial dan Perilaku Kewirausahaan. Tepatlah kala Eugene Sadler dkk (2003) menyatakan bahwa diperlukan usaha khusus untuk mengenali perilaku kewirausahaan.
Telaah Lebih Jauh //Sub
Pernyataan unik ketika kutipan dari Steward (1998) yang menyatakan bahwa untuk pemilik bisnis yang kecil lebih cocok bagi seorang manager daripada kepada seorang wirausahawan. Pernyataan ini ada hubungannya dengan pernyataan Carland yang menyatakan perbedaan mendasar antara Pemilik pengelola (Owner Manager) dan Wirausahawan adalah Wirausahawan lebih berorientasi pada profit dan pertumbuhan sementara Pemilik Pengelola (Owner Manager) berorientasi untuk mengamankan income hingga bersilangan dengan kebutuhan mendesak. Pernyataan dari Hodgettes dan Kuratko (2001) menegaskan perbedaan mendasar kedua hal tersebut dengan menyatakan bahwa Bisnis dalam skala kecil, bisnis yang secara mandiri dimiliki dan dijalankan tidak dominan dalam bidang mereka dan biasanya tidak berhubungan dengan inovasi praktis. Sementara Wirausahawan mempunyai tujuan pokok untuk keuntungan dan pertumbuhan, memiliki karakteristik pelaksanaan inovasi strategis praktis dan pertumbuhan berkelanjutan. Dari pernyataan ini mau menekankan bahwa sebuah usaha belum tentu memiliki sifat kewirausahaan. Kewirausahaan lebih cenderung pada perilaku individu bukan pada perilaku sistem. Namun ada pernyataan lain dari Moss Kanter (1982) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan gaya partisipatif dalam manajemen. Bagian ini berhubungan dengan budaya organisasi. Dalam hal ini membentuk kerja tim, memberi masukan satu dengan yang lain, serta pembagian bonus dan penghargaan dan cara autokratik dianggap sebagai hal yang kadangkala cukup efektif.
Tapi kesimpulan terpenting ada perbedaan mendasar antara perilaku manajemen kewirausahaan dan manajemen nonkewirausahaan. Secara umum dinyatakan bahwa perilaku kewirausahaan adalah budaya kreatifitas dan berani mengambil risiko, menciptakan struktur informal yang flat dan merumuskan strategi dalam hal mengambil keuntungan dari identifikasi peluang. Sementara perilaku nonentrepreneural lebih kepada perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pembentukan organisasi secara struktural. Tapi apakah manajemen itu harus betul-betul dihilangkan? Sebenarnya tidaklah sepenuhnya tepat ketika menyatakan bahwa perilaku manajerial betul-betul harus dihilangkan karena sebenarnya ketrampilan manajerial itu tetap diperlukan. Karena perencanaan, pengawasan, dan evaluasi adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan berkelanjutan diperlukan untuk menghadapi persaingan yang ketat. Hal lumrah di era free market.
Semestinya seorang yang mengelola sebuah bisnis kecil akan lebih membutuhkan kemampuan yang luas daripada mengelola sebuah organisasi yang besar. Karena, semakin kecil sebuah organisasi maka cakupan tanggung jawab seorang pengelola akan semakin kompleks. Namun tingkat kesulitan dalam mengelola akan semakin lebih mudah. Management Charter Initiative (MCI) menyatakan dua unsur pokok seorang standard senior manager yaitu tingkat kemampuan (Standard performance) dan kompetensi perorangan (Personal Competence). Sembilan bagian penting tingkat kemampuan adalah: 1. Tren eksternal. 2. Kekuatan dan kelemahan internal 3. Pemilik modal 4. Strategi dan komitmen 5. Program-program, kebijakan dan rencana 6. Delegasi 7. Budaya 8. Pengawasan 9. Evaluasi dan peningkatan.
Perilaku personal seorang individu akan jelas tampak dalam perilaku manajerial. Perilaku manajerial inilah yang sebenarnya menggambarkan ciri seorang wirausahawan. Pengambilan keputusan dan inovasi yang dilakukan juga keberanian untuk mengambil risiko (risk taker) adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Sifat-sifat ini secara alami dimiliki oleh orang-orang yang bertipe ekstrovert. Pribadi yang terbuka dan mahir dalam berelasi serta berkarakter tegas.
Tidak diargumentasikan secara jelas, rumusan konkret batasan seorang wirausahawan. Namun Hisrich dan Peters (1992) yang mendasarkan konsepnya dari hasil kerja Stevenson dan Salman (1986) menyatakan ada perbedaan dasar dari perilaku wirausaha dan pendekatan managerial. Hal itu dinyatakan dalam 5 hal pokok dimensi bisnis yaitu orientasi strategis, ketekunan mencari peluang, ketekunan mencari sumber daya, mengatur sumber daya, dan pengaturan struktur. Ada kesimpulan penting definisi dari gaya entrepreneur adalah lebih mengarah pada perkiraan kemampuan dalam pertumbuhan yang tinggi.
Dengan menggunakan standard kinerja MCI konsep Kewirausahaan dapat dinyatakan dalam preposisi-preposisi sebagai berikut (Covin and Slevins, 1998):
1. Ada korelasi positif antara gaya kewirausahaan (entrepreneurial style) dan perilaku managerial yaitu 1. Dalam mengutamakan budaya kreatifitas dan mengambil risiko. 2. Menciptakan struktur informal yang flat 3. Merumuskan strategi dalam hal memperoleh keuntungan dan mengidentifikasi peluang.
2. Ada korelasi negatif antara gaya kewirausahaan (entrepreneurial style) dan perilaku manajerial dalam hal penekanan perencanaan, pengawasan evaluasi dan organisasi struktur formal.
3. Ada korelasi positif antara gaya kewirausahaan dan tipe perusahaan.
4. Ada korelasi positif antara perilaku manajemen kewirausahaan dan tipe perusahaan.
Dalam studi tentang kewirausahaan disimpulkan bahwa seluruh perusahaan yang beroperasi dalam persaingan global tidak memiliki suatu cakupan tertentu. Kompetisi perilaku manajerial dalam era kompetisi global dapat dikenali dari analisis fungsional untuk mengerti kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Perilaku manajemen dalam perusahaan-perusahaan kecil memiliki pola khusus diantara bentuk perusahaan lain dalam persaingan global.
Pada kenyataan diketahui bahwa banyak perusahaan kecil yang memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi secara regional maupun nasional di suatu negara. Seperti halnya di Inggris, survei menyatakan 99 Persen perusahaan di Inggris mempekerjakan karyawan di bawah 100 orang (Mukthtar, 1998).
Ditemui di lapangan (Marketplace) bahwa kompleksitas dalam mengelola perusahan kecil lebih sedikit daripada perusahaan besar. Itu disebabkan oleh struktur yang sederhana yang memungkinkan dengan besarnya budaya internal dan sedikitnya terjadi penyimpangan. Hal itu memberikan kesempatan dan keuntungan bagi mereka yang akan mencoba masuk dalam usaha bisnis. Memulai dari usaha kecil dengan risiko kecil tapi memiliki peluang besar. Menarik, bukan? Anda ingin mencobanya di 2008?#

Tidak ada komentar: